Friday, September 18, 2009

Suluk Memakmurkan Hati, Bukan Menyiksa Diri

Suluk Memakmurkan Hati, Bukan Menyiksa Diri

Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
(Pembina Tasawuf & Tarekat Surau Mambaul Amin - Bengkulu)
www.baitulamin.org


Pengamal suluk setiap akan beribadah, dia harus membaca istighfar minimal 5X, al-fatihah 1X dan al-Ikhlas 3X dengan memohon safaat Allah SWT dan baginda rasulullah. Mereka juga selalu berikrar untuk beribadah. Illahianta maqsudi waridloka matlubi. Artinya, ya allah tuhanku, engkaulah yang kutuju dalam ibadah ini. Dan keridhaan-Mulah yang kucari. Ikrar ini mengacu pada QS al-An’am ayat ke-162.

Para sufi, berjuang keras untuk menggapai ikrar tersebut. Sesuai QS al-Ankabut ayat ke-69. Artinya, “…dan orang-orang yang berjihad mencari, menggapai keridhaan-Nya, sungguh akan kami tunjukkan kepada mereka jalan kami. Bahwa sesungguhnya allah benar-benar beserta orang yang berbuat baik.”

Suluk adalah ikhtiar, usaha menempuh jalan menuju Allah SWT. Semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya. Hakikat suluk adalah usaha, ikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk membersihkan diri dan rohani dengan bertobat. Membersihkan diri dari sifat buruk dan mengisinya dengan sifat baik. Setiap orang yang suluk, meyakini benar bahwa dirinya akan bersih dan tobatnya bakal diterima allah.

Syeh Amin Kurdi mengatakan, tidak mungkin seorang itu sampai kepada makrifatullah dan hatinya bersih lagi bercahaya sehingga dapat musyahadah kepada allah kecuali dengan jalan suluk atau berkhalwat. Dalam buku Tanwirul Qulub karya Amin Kurdi (sufi terkenal), suluk juga dinamakan berkhalwat. Yaitu seseorang yang berada di tempat sunyi/sepi yang disediakan untuk memenuhi syarat. Sehingga dapat beribadah dengan khusus dan sempurna. Suluk juga dinamakan iktikaf. Baik di mesjid atau surau sebagaimana yang dicontohkan baginda rasulullah dan salafus saleh. Masa suluk boleh dilaksanakan 10 hari, 20 hari atau 40 hari.

Orang yang bersuluk, berkhalwat atau beriktikaf mempunyai dasar hukum dalil naqli al-Quran, hadis dan sunnah rasul. Diantaranya, untuk bertobat adalah QS al-Baqarah ayat ke-222. Orang suluk, intensif beramal. QS al-Kahfi ayat ke-110.

Rasulullah melaksanakan suluk di Gua Hira dan di mesjid. Hadis Bukhari menyebutkan, nabi diberi kesenangan saat menjalani khalwat di Gua Hira dengan tujuan beribadat, berzikir kepada allah pada beberapa malam yang tidak sebentar. Saat baginda rasulullah pindah ke Madinah, beliau suluk di mesjid. Hadis Aisyah, adalah nabi melaksanakan iktikaf dalam 10 hari terakhir ramadhan. Lalu saya buatkan kelambu untuk beliau. Usai salat, rasulullah masuk ke dalam kelambu itu.

Nabi Musa sebelum menerima kitab taurat, Allah SWT menyuruh dia berkhalwat/bersuluk di Bukit Tursina selama 30 hari kemudian ditambah 10 hari lagi sehingga menjadi 40 hari sebagaimana QS al-A’raf ayat 142.

Sabda rasulullah, orang yang menempuh jalan/suluk untuk menggali ilmu dan beramal. Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dalam hadis lain, rasulullah bersabda orang yang ikhlas beramal selama 40 hari, niscaya akan terpancarlah sumber-sumber hikmah dari hatinya ke lidahnya.

Surau, tersebar di dunia. Di Indonesia ada lebih dari 700 surau, bahkan ada di Malaysia dan Amerika bahkan di Australia. Ada surau. Tapi tidak semua surau dapat melaksanakan suluk. Karena ketentuannya harus didukung sarana dan prasana lengkap. Contoh, sarana salat dimana pria dan wanita dipisah. Dapur dan MCK harus memenuhi standar kebersihan, termasuk petugas/khalifah yang memasak makanan (nasi/gulai) tidak boleh batal wudhu. Apalagi orang yang sedang suluk, tidak boleh batal wudhu. Kalau batal, dia harus berwudhu kemudian salat sunat wudhu, salat sunat taubat dan kembali ke kelambu atau melaksanakan tugas.

Orang suluk adalah orang yang ingin membersihkan diri rohaninya supaya dapat bertakarub kepada Allah SWT guna menggapai ridho-Nya. Orang suluk harus intensif beramal, baik amal fardhu/wajib maupun amal sunat. Dalam suluk, tugas utamanya adalah beramal. Salat lima waktu selalu berjamaah. Makan bersama-sama setelah dihidangkan. Orang suluk hanya terima makan saja, orang lain yang membersihkannya. Bila ada yang sakit jasmaninya, akan dirawat dokter. Bila sakit rohaninya karena gangguan metafisik maka harus ada orang yang menyelesaikannya. Orang yang selama ini melaksanakan peramalan perdukunan, kalau masuk peramalan tasawuf dan tarekat yang hak dari allah maka perdukunannya akan musnah. Untuk sampai kesitu, terkadang ada gangguan metafisik.

Yayasan Prof. DR. Khadirun Yahya merupakan penyelenggara suluk. Lokasinya yakni di Surau Darul Amin – Medan, Baitul Amin – Sawangan/Bogor, Ghausul Amin – Jember, Akhlakul Amin – NTB, Mujibul Amin – Samarinda dan surau lainnya di Jogya, Surabaya, Bandung, Semarang, Kalimantan dan Sulawesi, Padang, Medan dan Jakarta. Di Malaysia, ada dua tempat suluk sedangkan di Amerika baru ada satu.

Suluk yang tidak memenuhi standar kelayakan, itulah yang menyebabkan terjadinya hal-hal yang fatal bagi peserta suluk. Seperti yang terjadi di Bengkulu, ada yang sampai meninggal. Itu bukan karena pola ajaran dan amalnya melainkan ada sebab lain. Kalau ada yang berniat agar setelah suluk mendapatkan keramat atau mampu mengobati metafisik maka dia tidak akan meraihnya.(**)


edisi terbit; Senin, 14 September 2009 di Harian Rakyat Bengkulu

Bombardir 7 Sarang Iblis

Bombardir 7 Sarang Setan
Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
(Pembina Tasawuf & Tarekat Surau Mambaul Amin - Bengkulu)
www.baitulamin.org

Iblis & Setan adalah musuh nyata, musuh bebuyutan bagi manusia. Pada waktu Adam selesai dijadikan oleh allah. Maka disuruhlah seluruh makhluk termasuk malaikat, iblis. Maka iblis tidak mau sujud karena sombong. ‘kami dijadikan dari api sedangkan Adam dari tanah liat’ karenanya iblis dinyatakan terkutuk hingga hari kiamat. Tapi allah mengizinkan iblis dan setan beroperasi untuk menggoda manusia keturunan Adam supaya yang baik dikatakan buruk dan yang buruk itu dikatakan baik.

Kalangan orang tasawuf, memiliki cara untuk mesucikan diri rohani. Pada diri manusia, ada tujuh titik tempat bersarangnya iblis dan setan. Pertama, kelompok iblis dan setan yang membujuk orang agar mengikuti hawa nafsu buruknya. Dimana orang menjadi cinta dunia, mengikuti hawa nafsu bahkan menjadi syirik dan kafir, mengesampingkan iman dan takwa sehingga tidak ada pahala-dosa, tidak ada surga-neraka. Kedua, kelompok iblis dan setan yang menggoda agar manusia sama dengan binatang. Misalnya, seperti binatang ternak yang suka mengikuti hawa nafsu. Kerjanya makan, tidur, bersenang-senang dan sifat tamak, rakus serta bakhil, tercela, menghalalkan segala cara agar mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Berbentuk harta, pangkat atau seksual. Ketiga, dibisikkannya agar orang memiliki sifat yang sama dengan binatang buas. Yakni sifat amarah, buas, bengis, dendam kusumat. Sehingga suka berbuat onar, membuat kekejaman, gemar menganiaya, membuat resah, menindas hingga menzalimi orang. Keempat, orang yang disamakan dengan sifat setan itu sendiri. Sifatnya, hasat, dengki, munafik, berkhianat, cemburu, berdusta, buruk hati, mangkir. Kelima, sifat-sifat yang hanya dimiliki sang pencipta yakni sifat ke-akuan Allah SWT. Contoh, manusia tidak boleh sombong, takabur, tamak, membanggakan diri (ujub). Akulah yang pandai, akulah yang gagah, akulah yang kaya, akulah yang cantik, akulah yang kaya - seperti Fir’aun. Keenam, terletak pada otak manusia yang biasanya berfikir dengan segala cara. Tanpa memikirkan layak atau tidak, bertentangan aturan/agama atau tidak. Dampaknya, berangan-angan/berkhayal dan selalu merencanakan hal-hal yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu. Ketujuh, kelompok setan yang ada pada seluruh diri manusia. Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut, disana ada titik-titik dimana pori-pori kita bisa dimasuki setan. Karena itu, kita bombardir tujuh titik sarang setan dengan cara yang ditunjuki oleh orang tasawuf, tarekat yang juga berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Bila jasad kita bisa ditempati iblis-setan maka orang tersebut menjadi jahil, lalai, malas dan lainnya. Dalam tasawuf, ada cara untuk memborbardir sarang-arang iblis dan setan itu. Kita melihat kenyataan di masyarakat, banyak sekali ajaran-ajaran, perintah allah untuk beribadah yang hikmahnya dijanjikan allah tapi tidak terlaksana. Kita harus mencari tahu kenapa janji allah tidak terlaksana. Misalnya hikmah salat mencegah perbuatan fakhsyak dan munkar. Kita melihat hikmah dari zakat. Dia banyak harta tapi mungkin hartanya itu didapati dari cara tidak halal. Walaupun dia berzakat tapi tidak akan membersihkan diri rohani dan hartanya. Karenanya, hidupnya tidak berkat. Kita harus cari apa sebabnya.

Selain dosa batin, ada tujuh titik dosa lahir. Pertama, mata. Seharusnya digunakan untuk melihat alam sebagai nikmat dan bukti adanya tuhan. Bukan untuk melihat yang haram yang terlarang dalam agama. Kedua, telinga yang harusnya mendengar ajaran agama untuk kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Bila kita dengar sesuatu yang mendorong untuk maksiat bahkan mendorong orang lain maka ada dosa lahir. Ketiga, mulut untuk perkataan baik dan bermanfaat. Contoh, baca al Quran, berzikir dan lainnya. Praktiknya ada yang menggunakan untuk mengupat hingga provokator. Keempat, tangan yang seharusnya digunakan untuk hal-hal bermanfaat. Mana kala kita gunakan tangan ini untuk merusak orang lain, misalnya mencuri, tanda tangan kwitansi fiktif, membunuh. Maka itu adalah dosa zahir. Kelima, kaki yang seharusnya digunakan untuk mencari rizki yang halal, beribadah, mencari ilmu dan lainnya. Tapi kalau kaki ini digunakan mencari rizki yang haram, mencuri, merampok dan pergi berbuat maksiat maka menjadi dosa zahir melalui kaki. Keenam, perut yang seharusnya diisi makanan yang baik dan halal supaya hidup menjadi berkah, punya kekuatan untuk beribadah, menjadi orang yang sehat. Tapi manakala diisi dengan yang haram, sudah pasti akan berbuah tidak baik sehingga memicu dosa. “Tidak masuk sorga darah-daging yang tumbuh dari penghasilan atau makanan yang haram’. Ketujuh, kemaluan. Orang berseksual memang dianjurkan dalam agama untuk mendapatkan keturunan tapi melalui akad nikah. Manakala seseorang melakukannya diluar nikah maka menjadi dosa besar.

Kita disuruh membersihkan diri jasmani dan memanfaatkannya untuk hal yang diridhoi Allah SWT. Dalam ibadah wudhu, tergambar cara mensucikan dosa lahir. Berwudhu membasuk muka, lambangnya membersihkan dosa dari mata, mulut. Membasuh telinga, membasuh tangan hingga membasuh kaki dan seterusnya. Disamping dosa lahir, ada dosa batin yang juga harus disucikan. Bila tidak, batin akan tetap berdosa. Perbuatan maksiat, menimbulkan dosa batin yang sangat berbahaya karena tidak kelihatan dan berada pada diri manusia itu sendiri. Maksiat batin inilah yang menimbulkan dan membangkitkan dosa lahir yang dilakukan anggota badan. Maksiat batin, tumbuh dan berkembang karena kita tidak pernah mensucikannya.(**)

edisi terbit, Senin 6 September 2009 di Harian RAKYAT BENGKULU

Dialog BK - Ayahanda

Dialog Bung Karno dan Kadirun Yahya
Posted by tuban on November 30, 2006

Suatu hari, pada sekitar bulan Juli 1965, Bung Karno berdialog dengan Kadirun Yahya, anggota dewan kurator seksi ilmiah Universitas Sumatra Utara (USU).

Bung Karno (BK): Saya bertanya-tanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu, tapi semua jawaban tidak ada yang memuaskan saya, en jij bent ulama, tegelijk intellectueel van de exacta en metaphysica-man.

Kadirun Yahya (KY): Apa soalnya Bapak Presiden?

BK: Saya bertanya lebih dahulu tentang hal lain, sebelum saya memajukan pertanyaan yang sebenarnya. Manakah yang lebih tinggi, presidentschap atau generaalschap atau professorschap dibandingkan dengan surga-schap?

KY: Surga-schap. Untuk menjadi presiden, atau profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada nusa dan bangsa, atau ilmu pengetahuan, sedangkan untuk mendapatkan surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya berpuluh-puluh tahun, bahkan menurut Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup baru dapat masuk nirwana.

BK: Accord, Nu heb ik je te pakken Proffesor (sekarang baru dapat kutangkap Engkau, Profesor.) Sebelum saya ajukan pertanyaan pokok, saya cerita sedikit: Saya telah banyak melihat teman-teman saya matinya jelek karena banyak dosanya, saya pun banyak dosanya dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Quran dan hadist. Bagaimana caranya supaya dengan mudah menghapus dosa saya dan dapat ampunan dan mati senyum; dan saya ketemu satu hadist yang bagi saya sangat berharga.

Bunyinya kira-kira begini: Seorang wanita pelacur penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing yang kehausan. Wanita tadi mengambil segayung air dan memberi anjing yang kehausan itu minum. Rasulullah lewat dan berkata, “Hai para sahabatku, lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, terhapus dosa wanita itu di dunia dan akhirat dan ia ahli surga!!! Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh tahun itu pun barangkali. Sekarang seorang wanita yang banyak berdosa hanya dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor? Waar zit‘t geheim?

Kadirun Yahya hening sejenak lalu berdiri meminta kertas.

KY: Presiden, U zei, dat U in 10 jaren’t antwoor neit hebt kunnen vinden, laten we zein (Presiden, tadi Bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, mari kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam dua menit, saya dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

Bung karno adalah seorang insinyur dan Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika, jadi bahasa mereka sama: eksakta.

KY menulis dikertas:10/10 = 1.

BK menjawab: Ya.

KY: 10/100 = 1/10.

BK: Ya.

KY: 10/1000 = 1/100.

BK: Ya.

KY: 10/bilangan tak berhingga = 0.

BK: Ya.

KY: 1000000/ bilangan tak berhingga = 0.

BK: Ya.

KY: Berapa saja ditambah apa saja dibagi sesuatu tak berhingga samadengan 0.

BK: Ya.

KY: Dosa dibagi sesuatu tak berhingga samadengan 0.

BK: Ya.

KY: Nah…, 1 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1/2 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1 zarah x bilangan tak berhingga = tak berhingga. Perlu diingat bahwa Allah adalah Mahatakberhingga. Sehingga, sang wanita walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekali pun, mengkaitkan, menggandengkan gerakkannya dengan Yang Mahaakbar, mengikutsertakan Yang Mahabesar dalam gerakkannya, maka hasil dari gerakkannya itu menghasikan ibadat paling besar, yang langsung dihadapkan pada dosanya yang banyak, maka pada saat itu pula dosanya hancur berkeping keping. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: (1 zarah x tak berhingga)/dosa = tak berhingga.

BK diam sejenak lalu bertanya: Bagaimana ia dapat hubungan dengan Sang Tuhan?

KY: Dengan mendapatkan frekuensinya. Tanpa mendapatkan frekuensinya tidak mungkin ada kontak dengan Tuhan. Lihat saja, walaupun 1mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio kita dengan frekuensi yang tidak sama, radio kita tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga, walaupun Tuhan dikabarkan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tidak mungkin kontak jika frekuensinya tidak sama.

BK berdiri dan berucap: Professor, you are marvelous, you are wonderful, enourmous. Kemudian aia merangkul KY dan berkata: Profesor, doakan saya supaya saya dapat mati dengan senyum di belakang hari.

Beberapa tahun kemudian, Bung karno meninggal dunia. Resensi-resensi harian-harian dan majalah-majalah ibukota yang mengkover kepergian beliau, selalu memberitakan bahwa beliau dalam keadaan senyum ketika menutup mata untuk selama-lamanya. []

sumber: Capita Selekta jilid I hal. 23
atau
http://tuban.wordpress.com/2006/11/30/dialog-bung-karno-dan-kadirun-yahya/

Wednesday, September 16, 2009

Hasrat untuk berubah

Ramadhan, 1430 H

Kala aku muda dan bebas berkhayal, aku ingin mengubah dunia.
Sejalan dengan bertambah usia dan kearifanku, kudapati dunia tak kunjung berubah.

Maka cita-cita itu pun ku persempit, dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku, namun itu pun tampaknya tiada hasil.

Ketika usiaku semakin senja, dengan upaya terakhir penuh putus asa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku semata, orang-orang terdekat denganku.

Tetapi malangnya, mereka pun tak mau ku ubah.
kini.. saat terbaring menanti ajal, tiba-tiba kusadari..

Andai yang pertama ku ubah adalah diriku sendiri, dengan menjadikan diriku teladan,
mungkin aku dapat mengubah keluarga.

Lalu berkat ilham dan dorongan mereka, akupun mampu memperbaiki negeriku, dan siapa tahu, bahkan akupun dapat mengubah dunia.


Tulisan ini ditemukan pada nisam makam tua di Inggris

Sumber: Buletin Mozaik Baitul Amin edisi Mei 2009

Wednesday, September 2, 2009

Zikir = Surga


Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur



Jaminan Surga, Bila Berzikir & Beramal Saleh
Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
(Pembina Tasawuf & Tarekat Surau Mambaul Amin - Bengkulu)

www.baitulamin.org
www.mambaul-amin.blogspot.com

Manusia, terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani, berasal dari tanah liat yang kering dan berasal dari lumpur hitam yang dibentuk (bentuk jasmani manusia) al-Hijir 15:28. Rohani, berasal dari Allah SWT yang ditiupkan kepada diri jasmani Adam setelah diri jasmaninya sempurna sebagai jasmani manusia (al Hijir 15:29). Sedangkan pada keturunan Adam, dihembuskan roh yang berasal dari allah itu kepada janin saat berusia 120 hari ketika masih berada dalam rahim ibunya (as-Sajadah 32:9).

Diri rohani yang berasal dari allah, sudah disiapkan untuk setiap diri jasmani manusia. Karenanya, usia roh sejak Nabi Adam hingga akhir manusia nanti adalah sama. Cuma, usia rohani itu dipartnerkan dengan jasmani berbeda waktunya, antara satu orang dengan lainnya. Atau dengan kata lain, usia roh nenek moyang kita dengan usia roh kita dan dengan usia anak cucu kita adalah sama. Yang akan mempertanggungjawabkan amal baik dan amal buruk kita, adalah diri rohani ini. Diri rohani inilah yang akan masuk surga atau masuk neraka. Sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Ketika manusia wafat maka diri rohaninya masuk surga dan atau masuk neraka. Sedangkan diri jasmaninya adalah diri jasmani yang baru. Bukan diri jasmani yang berasal dari tanah.

Allah menjadikan manusia supaya beribadah kepada-Nya oleh karena ada padanya roh. Kemudian allah menjadikan hidup dan mati untuk mengetahui mana diri rohani yang lebih banyak dan lebih bagus amalannya (al-Muluk 2). Itu adalah hakikat hidup manusia.

Seseorang harus mempunyai pola hidup, pola berfikir dan pola sikap supaya tujuan hidupnya tercapai. Dalam QS al-Qasas 77 disebutkan, peruntukkan apa saja yang kamu peroleh berupa rahmat dan karunia allah untuk akhiratmu. Tapi kamu harus mempersiapkan juga untuk hidupmu di dunia. Dan kamu harus berbuat baik serta mensyukuri apa yang kau peroleh itu sebagaimana allah berbuat baik kepadamu.

Adapun tujuan hidup manusia adalah agar dekat dengan Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya (al-Fajar 27-28). Hadis meriwayatkan : berbuatlah kamu untuk urusan duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya. Itu berarti, urusan dunia ini harus dilaksanakan secara bertahap. Dan beramal lah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok pagi. Artinya, kita harus bersegera untuk amar makruf nahi munkar. Tidak boleh ditunda-tunda.

Pola hidup, pola berfikir dan pola sikap rasulullah yang menjadi panutan kita, jelas seperti yang tertera dalam Q.S al-An’am 162. Artinya, “Katakanlah: sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk allah tuhan semesta alam”.

Untuk bertakarub kepada allah, kita harus berzikir dalam segala situasi dan kondisi. Baik ketika sedang berdiri, duduk dan berbaring (Ali Imran 191). Untuk berzikir, seseorang harus mengetahui hakikat dirinya seperti yang telah dijelaskan di atas. Berzikir itu, dalam artian umum yakni seseorang berbuat apa saja yang bentuknya ibadah umum maupun ibadah khusus harus lillahita’ala (karena allah SWT). Berzikir dalam arti khusus seperti, mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.

Dengan berzikir, bisa menenangkan hati. Sebagaimana firman Allah SWT : “Ketahuilah, dengan berzikir, seseorang akan menjadi tenang hatinya (QS ar-Ra’du 31:28). Hadis yang mengatakan barang siapa di akhir kalamnya mengucapkan “Laa ilaahaillallah” masuk surga.

Dengan berzikir, seseorang membersihkan diri rohaninya. Sebagaimana sabda rasulullah yang artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang kotor ada cara membersihkannya (kotor lahir). Dan hati yang kotor (kotor batin) membersihkannya adalah dengan cara zikrullah”.

Seseorang yang sakaratul maut, ditalkinkan/dituntun mengucapkan lafaz “Laa ilaahaillallah”. Dia hanya bisa mengikuti panduan kalimat tersebut manakala hatinya bersih dan tenang. Adapun yang menjawab sesungguhnya adalah hatinya yang bersih sebagai buah dari amalnya itu sendiri. Karena itu, hendaklah kita membiasakan membersihkan hati dengan cara berzikir hingga pada waktu sakarat nanti, otomatis kita bisa melaksanakan tuntunan kalimat tauhid itu. Demikian pulalah halnya orang mentalkinkan jenazah di kubur yang dituntun untuk menjawab pertanyaan malaikat. Seperti ‘man rabbuka (siapa tuhanmu)’ maka dijawab allahurabbi (allah tuhanku). man nabiyuka (siapa nabimu) maka dijawab Muhammad rasulullah, nabiyyi (nabiku)’ dan seterusnya.

Perlu kami tegaskan bahwa orang yang meninggal, yang mati adalah diri jasmaninya. Sedangkan diri rohaninya tidak mati tapi tetap hidup. Seperti dalam firman allah QS al-Baqarah 2:154 dan QS ali –Imran 3:169. Pada waktu seseorang menerima nikmat, rahmat atau azab di alam barzakh hingga alam akhirat, diri rohaninya dipartnerkan dengan diri jasmaninya yang baru. Dalam al-quran disebutkan, yang menjadi bahan baku api neraka itu adalah manusia dan batu. Ketika diri jasmaninya hangus oleh api neraka maka diganti dengan diri jasmani yang baru dan seterusnya. Agar orang itu dapat merasakan azab dari Allah SWT, QS an-Nisa 4:56.

Adapun kondisi orang yang berzikir dan beramal saleh, dia masuk surga. “Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan (bersila) di atas dipan-dipan. Disurga itu, mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. Kepada mereka dikatakan, ‘salam’ sebagai ucapan selamat dari tuhan yang maha penyayang” (QS Yasin 36:55-58).(**)



edisi terbit: Harian Rakyat Bengkulu, Senin, 31 Agustus 2009

Sunday, August 30, 2009

Tasawuf dan Puasa

Tasawuf dan Puasa Melahirkan Manusia Bertakwa
Prof. Drs. K.H. Djamaan Nur
Pembina Tasawuf & Tarekat Surau Mambaul Amin - Provinsi Bengkulu
www.baitulamin.org

Tasawuf adalah ilmu bagaimana kita membersihkan rohani dari segala sesuatu yang mazmumah/tercela atau sifat-sifat yang dilarang oleh Allah SWT dan menumbuhkan sifat-sifat mahmudah/terpuji. Sehingga kita dapat bertakarub (mendekatkan diri) dan beribadah kepada allah dengan baik dan sempurna. Dengan tasawuf, kita akan membasmi/menghilangkan sifat-sifat tercela dan menumbuhkan sifat-sifat terpuji yang disuruh oleh allah SWT.

Bila sifat-sifat tercela tidak ada pada rohani kita maka timbulah sifat terpuji. Sehingga orang mau melaksanakan segala yang diperintahkan oleh allah dan dengan sendirinya meninggalkan apa yang dilarang allah.

Tasawuf adalah ilmu mendekatkan dan membersihkan diri rohani manusia. Adapun cara serta sistemnya dinamakan tarekat, sedangkan isi dari suatu peramalan tasawuf/tarekat adalah berzikir kepada allah. Dalam artian khusus maupun dalam artian umum. Singkatnya, tasawuf adalah ilmunya, sedangkan tarekat adalah bagaimana melaksanakan ilmu tersebut yang isinya adalah zikir.

Setiap amal ibadah umum maupun ibadah mahdah (ibadah yang ada ketentuan syarat dan rukunnya) dan sah/batalnya. Ada padanya syariat dan hakikat. Umpamanya, syariat salat. Ada padanya syariat yakni syarat salat dan rukun salat yang dilaksanakan secara zahir atau kasat mata sehingga bisa dilihat perbuatan manusianya. Dan ada padanya hakikat, yakni inti dan tujuan ibadah salat itu sendiri. Dimana seseorang berdialog, beraudiensi, munajat (berdoa) kepada allah SWT. Jadi, orang salat itu secara hakikatnya adalah munajat sekaligus beraudiensi menghadap allah SWT. Orang yang beribadah demikian, dikatakan salatnya khusuk. Sedangkan orang yang tidak merasakan adanya munajat dan audiensi kepada allah, dikatakan salatnya sahun/lalai/tidak konsentrasi.

Dalam hadis, rasulullah bersabda: “Assalatu mikrajul mukminin” artinya, salat itu adalah mikrajnya (menghadap/beraudiensi) orang mukmin. Itulah tanda salat orang yang khusuk. Dalam al-quran (QS:al-ankabut:45) allah berfirman - yang artinya, “sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan fakhsyak dan munkar”. Kalau ada orang yang salat, tapi masih juga berbuat fakhsyak dan munkar, berarti salatnya sahun/lalai. Sedangkan orang yang salatnya khusuk, tentunya tidak akan berbuat fakhsyai wal munkar lagi. Orang yang mempunyai sifat-sifat mahmudah akan membuahkan takwa. Demikian juga dalam berpuasa. Ada syariat dan hakikatnya yang akan membuahkan takwa.

Rasulullah bersabda: “Kam min shaimin, laisalahu minsiamihi illal ju’a wal ‘athasy” artinya, banyak sekali orang berpuasa tidak ada yang didapatinya kecuali haus dan lapar. Puasa orang yang demikian, sudah pasti puasa yang hanya syariat atau lahirnya saja sedangkan batinnya tidak ada. Padahal, batin/ruh puasa bertujuan menekan hawa nafsu amarah. Yakni nafsu menurut kehendak hawa nafsu yang dikendalikan iblis & setan. Seseorang punya nafsu untuk memiliki harta, berumah tangga dan mendapatkan tahta/kedudukan. Nafsul amarah adalah nafsu yang semata-mata sifatnya duniawi. Karenanya, dia tidak mempedulikan bagaimana memperoleh/mendapatkan nafsu-nafsu itu baik dengan cara halal ataupun haram. Nafsul amarah adalah nafsu tamak, karena itu mungkin dia mendapatkannya dengan cara yang haram atau melawan hukum. Seperti nafsu sex = berzinah, nafsu harta = mencuri, merampok, korupsi hingga membunuh. Nafsu tahta = mungkin dengan cara yang tidak jujur, penggelembungan suara (Caleg/Cakada/Pilpres). Yang demikian ini, pasti dimurkai allah. Sehingga kalau orang berpuasa, tidak ada padanya hakikat yang demikian maka puasanya menjadi puasa yang tidak membuahkan takwa.

Dalam kajian tasawuf, ada tiga tingkat puasa. Pertama, puasa orang awam atau umum. Adalah puasa menahan nafsu sex, haus dan lapar, mungkin juga ada hakikatnya tapi sangat sedikit. Tingkat puasa kedua adalah puasa khusus yakni puasa dari nafsu sex, nafsu makan dan minum tapi juga mempuasakan dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa. Contoh, tidak bergunjing/membicarakan aib orang lain, menjadi provokator atau menyuruh orang berbuat yang terlarang termasuk menjadi mucikari. Puasa ketiga adalah yang lebih tinggi nilainya. Istilahnya khawasil khawas (khusus, lebih khusus lagi) yakni puasanya para nabi, rasul dan para wali allah. Yakni puasa yang tidak tergoda oleh keindahan dan kemegahan dunia yang ada di depan mata dan sekelilingnya.

Hadis Bukhari – Muslim, agama islam meliputi tiga pilar yakni islam, iman dan ihsan. Pilar pertama adalah islam, isinya mengenai lima rukun islam dengan disiplin ilmu fikih atau syariat. Puasa, masuk dalam rukun ke-empat. Pilar kedua adalah iman, dengan rukun iman yang enam. Disiplin ilmunya adalah ilmu tauhid/usuludin/tentang ketuhanan. Pilar ketiga adalah ihsan yang membahas tentang hakikat dari gabungan kedua pilar sebelumnya (islam dan iman) dimana disiplin ilmunya adalah tasawuf.

Ketiga pilar agama islam ini harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh dan tidak setengah-setengah. Allah berfirman: “Ya ayyuhallazi na aamanu udkhulu fissilmi kaaffah wala tattabi’u khutuwatissyaitan innahu lakum aduwwum mubin” (QS: al-bakarah:208) artinya, wahai orang-orang yang beriman, laksanakan olehmu seluruh pola ajaran dan amal islam itu sacara kaffah (menyeluruh). Dan, janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.

Iblis merupakan nama makhluk halus. Sedangkan setan adalah perbuatan keji dari iblis itu. Dalam diri setiap manusia, ada iblis yang membisikkan perbuatan keji. Sehingga kalau manusia itu melaksanakan bisikan iblis tadi maka manusia itu juga bernama setan. Misalnya pelaku perkosaan, pembunuh dan pelaku perampokan. Ajaran tasawuf dengan metode zikir, pasti mampu mengusir dan menghancurkan sarang-sarang iblis dan setan yang ada pada diri manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa tasawuf ada di dalam koridor islam.(**)

Senin -- 24 Agustus 2009 (1430 H)