Wednesday, November 3, 2010

IMTAQ saja tidak cukup agar menjadi orang yang beruntung(menang)


Dalam Al-Qur’anul karim Allah swt memberikan perintah:

Yaa ayyuhal ladziia aamanut taqullaaha wabtaghuu ilaihil washiilata wajaahiduu fii sabiiliihii la’allakum tuflihuun (QS Al-Maidah:35)

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu beruntung.

Sejak pertama kali membaca/mengetahui terjemahan ayat tersebut, hati ini menjadi gusar.. karena selama ini yang menjadi topik pembicaraan (para ulama, para ustadz, dsb) saat memberikan ceramah (jum’atan, kultum ramadhan, pengajian, dsb) sebagian besar hanya membahas “Iman dan Taqwa” saja. Padahal sangat jelas pada ayat tersebut Allah swt memerintahkan kita untuk melaksanakan semuanya secara menyeluruh, sehingga dapat kita pahami bahwa Iman dan Taqwa (IMTAQ) saja tidak cukup agar kita beruntung (menang).
Kata “beruntung (menang)” pada Al-Maidah:35 diatas, membuat saya semakin penasaran.. siapakah orang-orang yang beruntung tersebut? Pada lima ayat pertama Al-Baqarah dijelaskan:

Golongan Mu’min
1. Alif laam miim.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].

Keterangan:
[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu “yang maujud” yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.

[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.


Dalam QS Ali-Imran:200, dijelaskan:
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Dari ayat-ayat diatas dapat kita pahami bahwa sebagian ciri-ciri seorang muslim yang termasuk Golongan Mu’min adalah:
  • Bertaqwa kepada Allah swt
  • Beriman sesuai rukun iman (iman kepada yang ghaib, Kehidupan Akhirat, Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya, dst)
  • Mendirikan shalat
  • Menafkahkan sebagian rizki sesuai syari’at islam
Dapat kita pahami bahwa IMTAQ merupakan pondasi pembentuk agar seseorang menjadi Mu’min. Maka untuk menjadi orang-orang yang beruntung (menang), kita harus menjadi Mu’min yang berusaha mencari wasilah Allah swt kemudian berjihad di jalan-Nya (dengan ilmu, harta, tenaga, dan bahkan jiwa), dan senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran kita. Sedangkan jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu kita sendiri.

Kebenaran adalah dari Allah swt semata. Semoga Taufiq dan hidayah Allah swt selalu beserta kita sekalian.

A M I N

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barokaatuh.
Allaahhumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad!
Allaahhumma shalli ‘alaa sayyidinaa wa maulaanaa Muhammad!
Allaahhumma shalli ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyiina wa habiibina wa syafii’inaa wa dzukhrinaa wa maulaanaa Muhammad!


Artikel lengkap dapat di download di sini


Referensi:
Prof. Dr. H. S.S. Kadirun Yahya, M.Sc.(1983). Filsafat tentang: Ke-akbar-an & kedahsyatan kalimah Allah. Universitas Panca Budi Medan.